Plastik,
siapa yang tidak membutuhkannya. Hampir setiap hari kita membutuhkan plastik
untuk berbagai hal, yaitu sebagai pembungkus makanan, minuman, peralatan rumah
tangga, peralatan sekolah, peralatan kantor, dan sebagainya. Hal ini disebabkan
karena plastik memiliki sifat unggul, yakni kuat, transparan, fleksibel, tidak
mudah pecah, ringan, sebagian ada yang tahan terhadap panas dan stabil, serta
harganya ekonomis terjangkau oleh semua kalangan masyarakat.
Plastik
tergolong senyawa polimer, strukturnya terdiri atas rantai atom karbon (C) yang
panjang, masing-masing atom C mengikat atom hidrogen (H). Selain itu, rantai
atom C mengandung atom oksigen (O). Ketika sebuah kantong plastik kita isi
dengan air, air tak dapat menerobos pori-pori plastik yang sangat kecil, jauh lebih
kecil dibanding selaput semipermeabel. Bahkan udarapun tak dapat menembus
plastik. Polimer plastik ini ikatan kimianya sangat kuat, serat polimer ini
menempel ketat satu dengan lainnya.
Plastik yang
digunakan saat ini adalah plastik non-biodegradable (plastik yang tidak dapat
terurai secara biologis) yang terbuat dari minyak bumi yang keberadaannya
semakin menipis dan tidak dapat diperbaharui, akibatnya semakin banyak
penggunaan plastik semakin meningkat pula pencemaran lingkungan seperti
penurunan kualitas air dan tanah menjadi tidak subur karena plastik tidak dapat
dihancurkan dengan cepat dan alami oleh mikroba di dalam tanah.
Untuk
mengurangi pencemaran lingkungan tersebut, saat ini sedang dikembangkan plastik
biodegradable, yakni plastik yang dapat duraikan kembali oleh mikroorganisme
secara alami menjadi senyawa yang ramah lingkungan. Plastik biodegradable
terbuat dari polimer alami. Jenisnya antara lain polyhidroksialkanoat acid
(PHA) dan poli-asam amino yang berasal dari sel bakteri; polylactic acid
(PLA) yang merupakan modifikasi asam laktat hasil perubahan zat tepung/pati
oleh mikroorganisme; dan poliaspartat sintesis yang dapat terdegradasi.
Bahan dasar plastik berasal dari selulosa bakteri, kitin, kitosan, atau tepung
yang terkandung dalam tumbuhan, serta beberapa material plastik atau polimer
lain yang terdapat di sel tumbuhan dan hewan.
Di
Indonesia, plastik biodegradabel yang mudah dikembangkan adalah polylactic
acid (PLA) karena plastik ini berbahan dasar zat tepung/pati. Pati di
dapatkan dari sumber karbohidrat, di Indonesia banyak diperoleh sumber
karbohidrat seperti singkong, kentang, beras, dan tanaman lainnya penghasil
karbohidrat sehingga pengembangan plastik PLA berpotensi besar di Indonesia.
Polylactic
acid (PLA) berasal dari proses esterifikasi asam laktat yang diperoleh
dengan cara fermentasi oleh bakteri dengan menggunakan substrat pati atau gula
sederhana. PLA memiliki sifat tahan panas, kuat, dan merupakan polimer
yang elastis.
Dalam proses
pembuatan Polylactic acid terdapat lima langkah rangkaian proses utama,
diantaranya
(1) Ekstraksi pati;
(2) Hidrolisis pati menjadi glukosa,
hidrolisis adalah pemecahan kimiawi suatu molekul karena pengikatan air
sehingga menghasilkan molekul-molekul yang lebih kecil, hidrolisis ini dapat
dilakukan dengan enzim maupun asam.;
(3) Fermentasi asam laktat, glukosa
yang dihasilkan pada tahap hidrolisis digunakan sebagai bahan fermentasi asam
laktat yang dilakukan oleh bakteri asam laktat (bakteri yang dapat menghasilkan
asam laktat melalui fermentasi terdiri atas empat genus, yaitu Lactobacillus,
Leuconostoc, Pediococcus, dan Sterptococcus).;
(4) Esterifikasi
dan pembentukan polimer, asam laktat yang terbentuk melalui fermentasi
kemudian di esterifikasi. Kinetika reaksi dari pembuatan PLA dapat ditingkatkan
dengan penggunaan zink oksida dan suhu tinggi (135 °C, 6 jam) dilanjutkan
dengan pembukaan cincin Lactide dan polymerisasi.;
(5) Pencetakan dan
pembentukan, pembentukan dilakukan sebagaimana halnya proses pencetakan
plastik sintetik karena bio-plastik PLA mempunyai juga sifat-sifat mekanis yang
mirip dibandingkan plastik sintetik, terutama dengan polystyren.
Plastik biodegradable
berbahan dasar tepung (PLA) dapat didegradasi bakteri pseudomonas
dan bacillus yang memutus rantai polimer menjadi monomer-monomernya.
Senyawa-senyawa hasil degradasi polimer selain menghasilkan karbon dioksida dan
air, juga menghasilkan senyawa organik lain yaitu asam organik dan aldehid yang
tidak berbahaya bagi lingkungan. Plastik berbahan dasar tepung aman bagi
lingkungan. Sebagai perbandingan, plastik tradisional membutuhkan waktu sekira
50 tahun agar dapat terdekomposisi alam, sementara plastik biodegradable dapat
terdekomposisi 10 hingga 20 kali lebih cepat.
Hasil
degradasi plastik ini dapat digunakan sebagai makanan hewan ternak atau sebagai
pupuk kompos. Plastik biodegradable yang terbakar tidak menghasilkan
senyawa kimia berbahaya. Kualitas tanah akan meningkat dengan adanya plastik biodegradable,
karena hasil penguraian mikroorganisme meningkatkan unsur hara dalam tanah. Sifat
penting dari PLA adalah kemampuannya terdegradasi secara biologis di dalam
tanah.
PLA terdegradasi melalui dua tahap, yaitu : tahap
degradasi/fragmentasi dan tahap biodegradasi. Degradasi
plastik terjadi karena panas, air, dan
sinar matahari menghasilkan fragmen-fragmen polimer.
Plastik sintetik tidak mengalami biodegradasi, tetapi hanya
mengalami degradasi sehingga masih meninggalkan residu. Polylactic acid juga
memiliki sifat-sifat yang mendukung untuk dijadikan kemasan baik pangan maupun
non pangan karena memiliki sifat pembatas (barrier) yang baik terutama
untuk kelembaban dan uap air, selain itu kelebihannya lagi jika digunakan
khususnya sebagai kemasan pangan. Asam laktat atau Polylactic acid masuk
kedalam Golongan GRAS (Generally Recognize As Safe), sehingga terjamin
aman dari migrasi bahan-bahan berbahaya dari kemasan.
Penggunaan
plastik biodegradable sangat berpengaruh terhadap lingkungan, ini juga membantu
mengurangi penggunaan minyak bumi, gas alam dan sumber mineral lain yang
keberadaannya semakin menipis dan tidak dapat diperbaharui. Kedepannya
diharapkan Indonesia dapat mengembangkan plastik biodegradable yang berasal
dari pati, mengingat di Indonesia banyak diperoleh sumber karbohidrat sebagai
sumber pati.
Biodegradasi pada dasarnya proses transfer elektron . Biologi energi diperoleh melalui oksidasi bahan dikurangi. enzim mikroba mengkatalisasi transfer elektron. Elektron akan dihapus dari organik substrat untuk menangkap energi yang tersedia melalui proses oksidasi. Elektron bergerak melalui pernapasan atau transfer elektron rantai (jalur metabolisme) terdiri dari serangkaian senyawa ke terminal akseptor elektron . Sebagian besar dari mikroba penduduk di tanah tergantung pada oksigen sebagai terminal akseptor elektron untuk metabolisme. Hilangnya oksigen menginduksi perubahan dalam kegiatan ini dan komposisi mikroba tanah populasi. Anaerobik fakultatif organisme (yang dapat menggunakan oksigen ketika hadir atau dapat beralih ke alternatif akseptor elektron, seperti nitrat dan sulfat, dalam ketiadaan oksigen) dan organisme anaerobik wajib menjadi dominan ketika oksigen tidak tersedia, namun aerobik biodegradasi biasanya lebih efisien (Stevens, 2002).
Dari artikel yang saya lihat dari sebuah sumber ini, muncul permasalahan saya yaitu :
.Plastik biodegradable berbahan dasar tepung (PLA) dapat didegradasi bakteri pseudomonas dan bacillus yang memutus rantai polimer menjadi monomer-monomernya, bila komponen penyebab degradasi terjadi kurang memadai seperti musim penghujan sehingga kurangnya panas dan sinar matahari,hal apa yang terjadi pada degradasi oleh bakteri pseudomonas dan bacillus ini?? dan bagaimana dengan kualitas maupun kuantitas kompos yang dihasilkan dari hasil biodegradasinya,apakah terjadi peningkatan atau sebaliknya?
.Plastik biodegradable berbahan dasar tepung (PLA) dapat didegradasi bakteri pseudomonas dan bacillus yang memutus rantai polimer menjadi monomer-monomernya, bila komponen penyebab degradasi terjadi kurang memadai seperti musim penghujan sehingga kurangnya panas dan sinar matahari,hal apa yang terjadi pada degradasi oleh bakteri pseudomonas dan bacillus ini?? dan bagaimana dengan kualitas maupun kuantitas kompos yang dihasilkan dari hasil biodegradasinya,apakah terjadi peningkatan atau sebaliknya?